Sampai saat ini mahasiswa mengalami kesulitan dalam Perencanaan Sistem Listrik Industri yang sederhana hingga komprehensif. Kebanyakan mahasiswa hanya bisa merancang “wiring sistem" instalasi yang sederhana. Padahal sebagian besar materi perencanaaan Sistem Listrik Industri mengandung penerapan pengetahuan, peraturan yang berlaku, perhitungan, gambar, spesifikasi teknis dan harga, produk, dan syarat teknis pekerjaan. Di samping itu sebagian besar dunia lapangan/ industri dalam melaksanakan pekerjaan berpedoman dari hasil perencanaan yang meliputi gambar desain, detail, spesifikasi barang/ material, syarat-syarat pekerjaan, dan harga yang reliabel. Maka kelemahan mahasiswa tersebut menjadi keprihatinan para pengajar mata kuliah Perencaan Sistem Listrik Industri di Program Studi Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Kelemahan mahasiswa sebagaimana diuraikan di atas seharusnya tidak dibebankan sepenuhnya pada mahasiswa dan tidak pula dipersalahkan kepada dosen dalam menyampaikan pengajaran, namun upaya yang diperlukan adalah menemukan titik-titik simpul yang menjadi hambatan mahasiswa tersebut.
Salah Satu alternatif yang dapat diajukan untuk mengatasi hambatan mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan merancang suatu perencanaan sistem listrik industri yang komplek adalah dengan memanfaatkan komputer (Computer Aided Design) sebagai alat bantu yang sangat cocok digunakan untuk menyimpan data, olah data, akses. informasi, gambar-gambar teknik dan simulasi belajar yang mudah dipahami. Tujuan pembelajaran teori adalah memahami konsep, perhitungan, dan peraturan teknis yang berlaku untuk mempersiapkan mahasiswa memahami konsep praktis, perencanaan gambar (sistem dan detail pemasangan), rencana kerja dan syarat-syarat perlengkapan dan pemasangan, rencana anggaran biaya, sehingga mahasiswa mempunyai kemampuan yang komprehensif pada perencanaan instalasi listrik. Sampai saat ini mahasiswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas merancang instalasi listrik industri yang standar mengacu standar kompetensi, terutama perencanaan penghitungan dan analisis, pemilihan bahan material dan equipment, gambar sistem, gambar kerja, gambar detail, pembagian kelompok / beban daya, menyusun rencana kerja dan syarat-syarat, menyusun rencana anggaran biaya, dan prosedur tes standar dan tes kerja. Pembelajaran yang memanfaatkan komputer sering disebut dengan computer assisted instruction (CAI). Komputer secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran, sebagai pengganti:
a. peralatan hitung/tulis, untuk menghitung penerapan rumus-rumus perencanaan instalasi listrik
b. peralatan gambar, sebagai peralatan bantu dalam gambar perencanaan, program apliksi yang dipakia biasanya, Autocad, yang biasanya dipakai oleh devisi lain dari perencana suatu bangunan (arsitek dan sipil).
c. informasi, informasi produk yg berhubungan dengan perlengkapan, spesifikasi teknis, peraturan yang berlaku, contoh-contoh perencanaan, dan lain lain.
d. perhitungan khusus, seperti program aplikasi khusus perencanaan penerangan, beban pendingin dan tenaga listrik, d1l.
Pembelajaran perencanaan sistem listrik industri yang memanfaatkan komputer secara umum meliputi kegiatan:
a. latihan dan praktek, pengajar menyediakan materi latihan dan tugas praktek. Pelajar menguji pengetahuan dan mempraktekan pengetahuan secara mandiri dan kreatif.
b. penjelasan, komputer digunakan untuk menyampaikan materi yang baru maupun penjelasan ulang.
c. simulasi, penggunaan program aplikasi khusus perencanaan penerangan listrik, perencanaan beban pendinginan, dan lain-lain.
Pembelajaran yang memanfaatkan komputer bertujuan untuk menyampaikan informasi, pesan, latihan, praktek dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas karena beberapa indra terutama mata, telingga, digunakan untuk menyerap informasi, pesan pelajaran. Sehingga pembelajaran tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar. Di samping itu keahlian merancang instalasi listrik industri berbantuan komputer merupakan tuntutan pasar kerja yang profesional.Banyak karya rancang bangun di berbagai bidang yang digunakan manusia dalam kehidupannya merupakan hasil rekayasa desain para ahli teknik elektro. Pada dasamya kegiatan desain inilah yang membedakan keteknikan atau rekayasa (engineering) dengan sains dan penelitian. Seorang ahli teknik adalah seorang pendesain, pencipta, atau “pembangun”.
Proses desain adalah kemampuan untuk menggabungkan gagasan, prinsip-prinsip ilmiah, sumber daya, dan sering produk yang telah ada ke dalam penyelesaian suatu masalah. Meskipun banyak kelompok industri dapat mengidentifikasi proses desain dengan cara mereka sendiri, tapi secara umum tahapan dari proses desain terdiri dari identifikasi masalah desain, pemecahan konsep dan gagasan, kompromi terhadap penyelesain, pembuatan model atau prototipe, pembuatan gambar produksi dan /atau gambar kerja. Berbagai gagasan konseptual untuk menyelesaikan masalah desain dipilih setelah melakukan pertimbangan yang cermat. Pada kajian awal ini mulai diperlukan gambar desain yang dibuat dengan CAD. Gambar tersebut harus cukup teliti, menunjukkan ukuran sebenamya yang diinginkan, dapat divisualisasikan, dan jika perlu dapat disimulasikan dengan teknik animasi. Pada tahapan ini diikuti pula dengan pengkajian mengenai pemilihan equipment, merancang instalasi (wiring), serta RAB yang akan digunakan. Dalam proses desain, seorang ahli teknik elektro sangat mengandalkan gambar atau grafik sebagai suatu sarana untuk mencipta, mencatat, menganalisis, dan berkomunikasi dengan orang lain tentang konsep atau gagasan yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
---,. 2005. Kurikulum Pendidikan Teknik Elektro,Semarang: UNNES.
Kemmis,S, MC.Taggart R, 1992. The Action Research Planner. Victoria: Deaken University Suwarsih. 1994. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Bina Cipta
Sri Sukamta
Jurusan Teknik Elektro FT, Unnes
E-mail: Sukamtote-unnes@yahoo.com
journal.unnes.ac.id/index.php/LIK/article/download/537/494